Kamis, 16 April 2009
Kamis, 29 Januari 2009
LOYALITAS atau TOTALITAS?
mmmm...
dua kata ini hampir2 mirip.... Pilih Loyalitas atau Totalitas?
LOYALITAS adalah ketulusan hati untuk menganut atau mengikuti suatu hal yang sangat dikagumi. Tidak terbatas pada individu atau organisasi. Loyalitas kadang menjadi kunci sukses ke-solid-an suatu team atau suatu organisasi. Loyalitas juga kadang menjadi senjata terampuh untuk menghalang suatu hasutan atau "pengkhianatan" yang akan menganggu suatu tujuan.
sedangkan
TOTALITAS adalah suatu kesungguhan hati dalam menjalankan suatu peran, fungsi atau tanggungjawab terhadap suatu tujuan. Totalitas merupakan kunci keberhasilan suatu tujuan. Dengan Totalitas, apapun tujuan akan tercapai. Totalitas dapat "mengunci" suatu semangat dan ambisi seseorang. Dan mengarahkan tujuan ke arah pencapaian yang maksimal.
Nah, dari pengertian diatas...
Bisakah Totalitas bertahan tanpa Loyalitas?
atau, bisakah Loyalitas mencapai tujuan tanpa Totalitas?
Unik memang...
dari pengertian tsb, sepertinya 2 hal ini bertentangan. Tetapi secara fungsi kedua hal ini sangat erat berkaitan... Dalam sebuah misi atau tujuan. Manusia membutuhkan 2 hal ini, tidak cukup dengan Loyalitas saja, karena hal tersebut hanya menyangkut masalah pendirian atau sikap. Tapi dibutuhkan Totalitas dalam pencapaian tujuan tersebut. Jika hati dan pikiran sudah seirama, maka seluruh organ tubuh akan bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dalam mencapai tujuan tersebut. Betul tidak?
Sebaliknya, Jika kita hanya mengedepankan Totalitas tanpa menerapkan Loyalitas, maka yang ada hanyalah pencapaian tujuan tanpa tujuan. Artinya, tujuan dari misi tercapai namun untuk siapa? untuk apa pencapaian tersebut? Maka yang ada hanyalah ibarat sebuah Event Balap Mobil Formula 1 tanpa sebuah gelar.... yang ada hanyalah garis finish, tidak ada hal apapun yg kita raih... tanpa gelar tanpa kehormatan. Ingat kita dihormati karena orang lain, mungkin keluarga, orangtua, ato sahabat. Jika tidak ada yg meng-apresiasi hasil kerja kita, maka akan percuma semua pencapaian tersebut...
Ingat Loyalitas bukan hanya kepada atasan, kantor, instansi, ato organisasi. Loyalitas tercipta untuk di dedikasikan kepada orang2 yang kita kagumi, kita kasihi, dan kita hormati. Kita bekerja untuk siapa? tentunya untuk orang2 yang anda LOYALITAS-kan dengan TOTALITAS!
Rgds,
K'Seto
"Dedicated for my lovely family"
dua kata ini hampir2 mirip.... Pilih Loyalitas atau Totalitas?
LOYALITAS adalah ketulusan hati untuk menganut atau mengikuti suatu hal yang sangat dikagumi. Tidak terbatas pada individu atau organisasi. Loyalitas kadang menjadi kunci sukses ke-solid-an suatu team atau suatu organisasi. Loyalitas juga kadang menjadi senjata terampuh untuk menghalang suatu hasutan atau "pengkhianatan" yang akan menganggu suatu tujuan.
sedangkan
TOTALITAS adalah suatu kesungguhan hati dalam menjalankan suatu peran, fungsi atau tanggungjawab terhadap suatu tujuan. Totalitas merupakan kunci keberhasilan suatu tujuan. Dengan Totalitas, apapun tujuan akan tercapai. Totalitas dapat "mengunci" suatu semangat dan ambisi seseorang. Dan mengarahkan tujuan ke arah pencapaian yang maksimal.
Nah, dari pengertian diatas...
Bisakah Totalitas bertahan tanpa Loyalitas?
atau, bisakah Loyalitas mencapai tujuan tanpa Totalitas?
Unik memang...
dari pengertian tsb, sepertinya 2 hal ini bertentangan. Tetapi secara fungsi kedua hal ini sangat erat berkaitan... Dalam sebuah misi atau tujuan. Manusia membutuhkan 2 hal ini, tidak cukup dengan Loyalitas saja, karena hal tersebut hanya menyangkut masalah pendirian atau sikap. Tapi dibutuhkan Totalitas dalam pencapaian tujuan tersebut. Jika hati dan pikiran sudah seirama, maka seluruh organ tubuh akan bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dalam mencapai tujuan tersebut. Betul tidak?
Sebaliknya, Jika kita hanya mengedepankan Totalitas tanpa menerapkan Loyalitas, maka yang ada hanyalah pencapaian tujuan tanpa tujuan. Artinya, tujuan dari misi tercapai namun untuk siapa? untuk apa pencapaian tersebut? Maka yang ada hanyalah ibarat sebuah Event Balap Mobil Formula 1 tanpa sebuah gelar.... yang ada hanyalah garis finish, tidak ada hal apapun yg kita raih... tanpa gelar tanpa kehormatan. Ingat kita dihormati karena orang lain, mungkin keluarga, orangtua, ato sahabat. Jika tidak ada yg meng-apresiasi hasil kerja kita, maka akan percuma semua pencapaian tersebut...
Ingat Loyalitas bukan hanya kepada atasan, kantor, instansi, ato organisasi. Loyalitas tercipta untuk di dedikasikan kepada orang2 yang kita kagumi, kita kasihi, dan kita hormati. Kita bekerja untuk siapa? tentunya untuk orang2 yang anda LOYALITAS-kan dengan TOTALITAS!
Rgds,
K'Seto
"Dedicated for my lovely family"
Persahabatan
Yak'....
kata ini memang sedikit unik. Kata dasarnya adalah rekan, kemudian berkembang menjadi teman dan akhirnya menjadi sahabat...
Peralihan fungsi dari rekan menjadi sahabat mengalami beberapa fase. Yaitu fase waktu, fase historis, dan fase relationship...
Pertama, fase waktu.
"Rekan" yang kita kenal mungkin dengan pertemuan yang tidak sengaja dalam suatu kesempatan, memberikan "jalan masuk" bagi terbinanya suatu hubungan. Seiring rentang waktu berjalan, "rekan" ini bisa meningkatkan statusnya menjadi "teman". Hal ini membuat arti dari sebuah hubungan mengalami peningkatan emosional. Intensitas pertemuan dari waktu-ke-waktu yang semakin sering akan menambah percepatan kenaikan "status" ini.
Kedua, Fase Historis
Pada fase ini, pertemanan yang terjalin karena proses waktu tersebut, mengalami momen-momen yang akan meningkatkan kebersamaan, merasakan pengalaman, penderitaan, kebahagiaan, kesuksesan ato kegagalan. Bersama "teman" tersebut, kita merasakan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Tidak bisa hidup sendiri, tanpa tergantung pada orang lain. Di fase ini, teman menjadi sosok yang sangat kita butuhkan, dalam menjalani kehidupan ini. Bersama teman, kita tapaki lika liku kehidupan ini.
Ketiga, Fase relationship
Pada fase ini, mulai ada ikatan emosional yang terlibat dalam hubungan pertemanan. Ketergantungan semakin menjadi erat. Setiap individu merasa sangat membutuhkan "teman" ini. Dan seperti sebuah simbiosis mutualisme, pertemanan ini saling menguntungkan. Pengertian dan kekompakan dalam berpikir, bertindak, dan bercanda semakin nyata. Ketersinggungan seringkali muncul saat hubungan sudah mencapai tahap ini. Kecemburuan menghantui saat teman tidak ada bersama kita.
Dan saat itulah arti seorang teman menjadi sebuah Persahabatan
Saya ingat suatu kiasan yang saya baca di suatu blog....
JADIKAN DIRI SESEORANG NO.1 UNTUK BERJUANG.....
ANDAI KESENANGAN ADALAH MENTARI DAN KESEDIHAN ADALAH HUJAN
MAKA, HARUS MENJADI SATU UNTUK BISA MELIHAT PELANGI
yup! itulah yang dibutuhkan untuk menjalani persahabatan. Lebih baik kita kehilangan teman, daripada kehilangan sahabat. Sahabat itu seperti uang, Susah mendapatkannya tapi mudah sekali membuangnya... So, bagi kamu-kamu yang memiliki sahabat. Pertahankan persahabatan itu...
A FRIEND IN NEED, IS A FRIEND INDEED...
(Teman yang dibutuhkan adalah teman yang selalu bersedia menjadi teman saat tidak dibutuhkan...)
Think about it
Rgds,
K'Seto
"Dedicated to all my buddy..."
kata ini memang sedikit unik. Kata dasarnya adalah rekan, kemudian berkembang menjadi teman dan akhirnya menjadi sahabat...
Peralihan fungsi dari rekan menjadi sahabat mengalami beberapa fase. Yaitu fase waktu, fase historis, dan fase relationship...
Pertama, fase waktu.
"Rekan" yang kita kenal mungkin dengan pertemuan yang tidak sengaja dalam suatu kesempatan, memberikan "jalan masuk" bagi terbinanya suatu hubungan. Seiring rentang waktu berjalan, "rekan" ini bisa meningkatkan statusnya menjadi "teman". Hal ini membuat arti dari sebuah hubungan mengalami peningkatan emosional. Intensitas pertemuan dari waktu-ke-waktu yang semakin sering akan menambah percepatan kenaikan "status" ini.
Kedua, Fase Historis
Pada fase ini, pertemanan yang terjalin karena proses waktu tersebut, mengalami momen-momen yang akan meningkatkan kebersamaan, merasakan pengalaman, penderitaan, kebahagiaan, kesuksesan ato kegagalan. Bersama "teman" tersebut, kita merasakan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Tidak bisa hidup sendiri, tanpa tergantung pada orang lain. Di fase ini, teman menjadi sosok yang sangat kita butuhkan, dalam menjalani kehidupan ini. Bersama teman, kita tapaki lika liku kehidupan ini.
Ketiga, Fase relationship
Pada fase ini, mulai ada ikatan emosional yang terlibat dalam hubungan pertemanan. Ketergantungan semakin menjadi erat. Setiap individu merasa sangat membutuhkan "teman" ini. Dan seperti sebuah simbiosis mutualisme, pertemanan ini saling menguntungkan. Pengertian dan kekompakan dalam berpikir, bertindak, dan bercanda semakin nyata. Ketersinggungan seringkali muncul saat hubungan sudah mencapai tahap ini. Kecemburuan menghantui saat teman tidak ada bersama kita.
Dan saat itulah arti seorang teman menjadi sebuah Persahabatan
Saya ingat suatu kiasan yang saya baca di suatu blog....
JADIKAN DIRI SESEORANG NO.1 UNTUK BERJUANG.....
ANDAI KESENANGAN ADALAH MENTARI DAN KESEDIHAN ADALAH HUJAN
MAKA, HARUS MENJADI SATU UNTUK BISA MELIHAT PELANGI
yup! itulah yang dibutuhkan untuk menjalani persahabatan. Lebih baik kita kehilangan teman, daripada kehilangan sahabat. Sahabat itu seperti uang, Susah mendapatkannya tapi mudah sekali membuangnya... So, bagi kamu-kamu yang memiliki sahabat. Pertahankan persahabatan itu...
A FRIEND IN NEED, IS A FRIEND INDEED...
(Teman yang dibutuhkan adalah teman yang selalu bersedia menjadi teman saat tidak dibutuhkan...)
Think about it
Rgds,
K'Seto
"Dedicated to all my buddy..."
Kamis, 30 Oktober 2008
Doa Yang Mengancam
Mungkin cerita ini yang diadopsi filmya aming...
buat pelajaran bagi kita…
Ya Tuhan, bertahun-tahun aku berdoa pada-Mu, memohon agar Kau lepaskan aku dari kemiskinan yang sekian lama menjerat kehidupanku, tapi nyatanya sampai kini aku tetap miskin dan bahkan bertambah miskin, hingga aku menganggap bahwa Engkau tak pernah mendengar doaku, apalagi mengabulkannya. Karena saat ini aku sudah tak punya apa-apa lagi selain badan dan sepasang pakaian yang kukenakan, aku ingin memohon pada-Mu untuk yang terakhir kali. Kalau sampai Matahari terbit esok hari Engkau tak juga mengabulkan doaku, aku mohon ampun pada-Mu untuk yang terakhir pula, sebab setelah itu aku akan meninggalkan-Mu.
Itulah doa terakhir Monsera, seorang penduduk miskin yang tinggal di pinggiran Kota Ampari, ibukota negeri Kalyana. Setelah itu ia menutup pintu rumah tempat tinggalnya, menguncinya dan menyerahkan kunci pada si empunya rumah yang telah berbulan-bulan menagih tunggakan uang sewa padanya.
"Suatu saat saya akan kembali untuk membayar utangku.
Si empunya rumah cuma tersenyum sinis dan membiarkan Monsera pergi.
Monsera lalu berpamitan pada para tetangga, pemilik warung makan, pemilik toko kelontong, penjual minyak tanah, ialah semua yang berpiutang padanya dengan ucapan sama, Suatu saat saya akan kembali untuk membayar semua utangku. Dan semua juga membiarkannya pergi tanpa berharap Monsera akan menepati janjinya.
Lelaki berbadan kurus itu lalu meninggalkan ibukota, berjalan kaki memasuki wilayah berhutan, mencari kelinci, umbi-umbian, dan buah-buahan, untuk bersantap malam, alu tidur di dahan sebuah pohon besar menanti datangnya pagi.
Monsera terbangun oleh tetesan embun yang membasahi mukanya, dan setelah itu tak bisa tidur lagi sampai ufuk timur memerah. Ia berdebar-debar menunggu terbitnya Matahari, berharap-harap cemas membayangkan apa yang akan terjadi nanti.
Apakah Tuhan mendengar doaku? Apakah Tuhan terusik oleh ancamanku?
Sampai Matahari terbit dan Monsera meneruskan perjalanannya yang tanpa tujuan ini, tak ada kejadian istimewa terjadi. Monsera mulai kesal dan putus asa, tapi terus berjalan meninggalkan hutan dan memasuki padang rumput savana.
Seperti ingin bunuh diri, Monsera menantang teriknya Matahari tanpa berbekal setetes pun air dan menantang dinginnya malam tanpa berbekal selembar pun selimut. Pada hari ketujuh, Monsera tergeletak tanpa daya di atas permukaan rumput. Saat itu hujan turun deras. Kilat bekerjap-kerjap menerangi malam yang gelap. Guntur menggelegar. Seleret petir melesat menukik tajam, menyambar tubuh Monsera.
Paginya, seorang saudagar kuda bernama Sinaro menemukan tubuh Monsera yang hangus dan mengiranya sudah menjadi mayat. Sinaro menggali liang kubur, mendoakan Monsera dan menguburnya. Tapi begitu gumpalan tanah mengenai muka Monsera, mulutnya sedikit bergerak. Ternyata Monsera cuma mari suri. Sinaro kaget sekali dan membawa Monsera pulang ke rumahnya di negeri Salaban.
Setelah sebulan lebih dirawat keluarga Sinaro, luka bakar yang diderita Monsera berangsur sembuh. Kesadarannya berangsur pulih. Monsera mulai bisa bicara sepatah dua patah kata, tapi masih menderita amnesia. Masuk bulan ketiga barulah ingatannya kembali normal, dan bisa berbincang secara wajar dengan orang-orang di sekitarnya.
Suatu hari Monsera tertarik pada foto lama keluarga ayah Sinaro yang ditaruh di atas almari pakaian. Lama Monsera mengamati foto itu, lalu menunjuk seorang bocah yang ada di situ dan menanyakannya pada Sinaro. Ini saudaramu?
Sinaro agak kaget, lalu bercerita dengan perasaan sedih.Ya, namanya Sridar. Ia hilang waktu ikut perang saudara sepuluh tahun yang lalu. Sampai sekarang tak pernah ada kepastian dia masih hidup atau sudah meninggal.
Dia masih hidup, kata Monsera penuh kepastian. Belum lama ini saya bertemu dia di Rodamar.â€
Sinaro terperanjat. Kamu yakin?
Saya yakin.
Tapi itu foto dua puluh lima tahun yang lalu, Monsera. Bagaimana kamu yakin yang kamu temui di Rodamar itu adalah Sridar adikku?
Sebaiknya kita sama-sama pergi ke Rodamar. Sridar tinggal di salah satu perumahan rakyat di pinggiran kota.
Antara percaya dan tidak, Sinaro berangkat ke Rodamar bersama sanak saudara yang lain, mengikuti petunjuk Monsera. Tiga hari dua malam mereka berkuda menyeberangi padang pasir dan berhasil mencapai Rodamar dengan selamat. Dengan mudah Monsera menunjukkan jalan-jalan dalam kota yang harus dilalui, sampai akhirnya menemukan perumahan rakyat yang dimaksud. Dan berhasil menemukan Sridar!
Tak terkira betapa gembira Sinaro dan sanak saudara lainnya, bisa berjumpa lagi dengan Sridar yang sudah sepuluh tahun mereka anggap hilang ini. Dan tak terkira pula rasa terima kasih mereka pada Monsera yang telah membantu menemukan Sridar.
Belakangan Monsera merasa takut dan heran pada dirinya sendiri, setelah sadar bahwa sebelum ini ia sama sekali belum pernah pergi ke Rodamar. Jadi bagaimana ia bisa tahu seseorang bernama Sridar yang belum pernah dikenalnya tinggal di sebuah kota yang belum pernah didatanginya pula?
Sekembali ke rumah Sinaro, Monsera meminjam foto-foto yang lain, mengamati wajah-wajah dalam foto itu. Dalam waktu singkat ia ternyata bisa melihat perjalanan kehidupan orang yang diamatinya bagaikan sebuah film panjang. Melihat Sinaro melamar calon istrinya. Melihat istrinya melahirkan anak pertama. Dan melihat saat ini istrinya sedang berbelanja di pasar.
Tak ayal. kemampuan lebih yang dimiliki Monsera cepat diketahui orang-orang. Mereka berbondong-bondong mendatangi Monsera, menanyakan anak atau ayah atau suami atau sanak saudara mereka yang hilang pada waktu perang saudara. Banyak yang sedih setelah Monsera mengatakan yang mereka cari sudah meninggal. Namun banyak pula yang bergembira seperti Sinaro, berhasil bertemu kembali dengan yang selama ini menghilang entah ke mana. Hadiah berupa uang, emas, maupun barang-barang berharga lainnya, mengalir deras ke pundi-pundi Monsera. Sampai akhirnya pemerintah negeri Salaban mendengar pula kehebatan Monsera, lalu mengangkat Monsera sebagai pejabat khusus di kepolisian dengan gaji yang sangat tinggi, dan memberinya tugas melacak para penjahat yang melarikan diri.
Monsera pun menjadi orang yang kaya raya. Dan di tengah-tengah kekayaannya yang melimpah itu, ia merasa telah berhasil mengancam Tuhan lewat doanya.
Setelah cukup lama berbakti bagi rakyat dan pemerintahan Salaban, Monsera pulang ke negerinya. Yang pertama dilakukannya ialah menemui para mantan tetangga, dan membayar semua piutang mereka. Setelah itu Monsera meninggalkan Kota Ampari, pergi ke sebuah dusun termiskin di negeri Kalyana, menemui ibunya yang selama ini ditinggalkannya begitu saja.
Si ibu yang tua dan renta nyaris tak mengenali Monsera yang gemuk dan bersih.
Tuhan akhirnya mengabulkan doa saya, Ibu! Bahkan lebih dari sekadar terbebas dari kemiskinan, saya sekarang jadi kaya raya!
Monsera lalu membawa ibunya pindah ke kota untuk tinggal bersamanya di sebuah kastil termegah dan termahal di Ampari yang sudah dibelinya. Kekayaan ibunya yang dibawa dari dusun cuma sebuah tas kecil berisi selembar kain dan foto-foto lama. Monsera membakar kain tua itu dan meminta para pembantunya membelikan lusinan kain sutera sebagai pengganti. Monsera membeli pula bingkai-bingkai emas untuk memasang foto-foto keluarga yang dibawa ibunya.
Monsera tersenyum sendiri melihat sebuah foto ibunya waktu masih muda.
Cantik sekali, gumam Monsera. Lalu, di luar kehendaknya, kilasan-kilasan gambaran masa lalu mulai berkelebat secara bening dan meyakinkan.
Seorang wanita bernama Lastina berdandan di muka cermin. Malam hari dia berjalan di kaki lima mengenakan pakaian seronok, melambaikan tangan pada setiap kereta kuda yang lewat, sampai salah satu berhenti dan membawanya pergi... Sekilas nampak Lastina digauli seorang pria... Lastina hamil, gagal menggugurkan kandungan, merayu seorang preman jalanan untuk minta dinikahi... Lastina menikah dengan preman itu... Si preman kaget setelah tahu Lastina hamil... Si preman meninggalkan Lastina begitu saja... Lastina melahirkan anaknya... Dan diberi nama Monsera.
Ini pasti salah! Tak mungkin ibuku seorang pelacur! Monsera berteriak dalam hati sambil membuang foto-foto di tangannya. Perasaannya terguncang hebat, merasa begitu takut kalau pandangannya benar belaka. Katakanlah padaku, ya, Tuhan, bahwa pandanganku kali ini keliru.
Namun jawaban dari Tuhan dalam bentuk apa pun tak pernah diterimanya. Dan tetap saja setiap ia melihat foto ibunya, gambaran masa lalu yang kelam itu kembali bekerjap-kerjap. Bahkan kian lama kian benderang sekaligus menjijikkan.
Sampai akhirnya Monsera tak kuat bertahan dan memohon lagi kepada Tuhan. Aku sungguh bersyukur Engkau telah memberiku rezeki yang melimpah, ya, Tuhan, tapi sekarang tolong bebaskan aku dari keahlianku melihat masa lalu, dan kembalikan aku sebagai manusia biasa.
Setelah sehari, dua hari, seminggu, sebulan Monsera terus berdoa dan berdoa, kemampuan supranaturalnya tak kunjung menghilang. Ia mulai tak sabar dan terucaplah ancaman seperti yang dulu pernah dilakukannya. “Kalau Kau tak juga mengabulkan doaku, ya, Tuhan, aku akan segera meninggalkan-Mu.
Kali ini ia merasa ancamannya pada Tuhan sama sekali tak mempan. Sedikitpun tidak ada perubahan terjadi dalam dirinya. Lama-lama Monsera berpikir, jangan-jangan dengan ancamannya yang pertama dulu Tuhan marah dan lebih dulu meninggalkannya. Kalau memang begitu, segala mukjizat yang diterimanya selama ini bisa jadi bukan anugerah dari Tuhan, melainkan pemberian dari setan.
Maka Monsera pun berkata, Hai, setan! Jangan kau siksa aku dengan pemberianmu yang justru membuatku menderita. Kembalikanlah aku seperti manusia biasa! Kalau kau tidak mau melakukannya, aku akan kembali mengabdi pada Tuhan!
Seketika hujan turun deras. Kilat berkerjap-kerjap menerangi malam yang gelap. Guntur menggelegar. Seleret petir melesat tajam, menyambar tubuh Monsera.
Paginya, orang-orang menemukan tubuh Monsera yang hangus dan mati suri. Mereka berebut membawa Monsera ke rumah sakit terbaik. Pemerintah pusat menginstruksikan Departemen Kesehatan agar mengerahkan semua dokter ahli di seluruh negeri untuk menyelamatkan aset negara berupa manusia bernama Monsera ini.
Tak lebih dari sebulan Monsera tersadar dari mati surinya. Yang pertama dia lihat adalah seorang perawat jaga bernama Datim yang berwajah sedih. Monsera mengajaknya berkenalan dan bertanya kenapa Datim nampak sangat bersedih.
Suami saya memohon izin pada saya untuk menikah lagi karena setelah delapan tahun menikah saya tak bisa memberinya anak, jawab Datim.
Monsera terdiam menatap Datim. Tiba-tiba, di luar kehendaknya, kilasan-kilasan adegan berkelebatan seperti biasa dia alami. Kali ini ia melihat Datim muntah-muntah di kamar mandi, lalu bicara dengan dokter yang mengucap selamat atas kehamilannya.
Kenapa Tuan Monsera menatap saya seperti itu?
Aku lihat engkau hamil, Datim.
Ah. Tuan pandai menyenang-nyenangkan perasaan wanita. Kalau dalam benak Tuan terbayang di masa lalu saya hamil, tentulah sekarang saya sudah melahirkan atau malah anak saya sudah besar.
Sekonyong-konyong Monsera menjadi cemas. Jangan-jangan...
Jangan-jangan apa, Tuan Monsera?
Jangan-jangan aku melihat sesuatu yang belum terjadi.
Ternyata benar! Seminggu setelah itu Datim muntah-muntah, pergi ke dokter dan dinyatakan hamil. Datim sangat gembira dan menceritakannya pada semua orang. Dalam tempo singkat seluruh warga negeri Kalyana tahu, bahwa sekarang Monsera bukan cuma bisa melihat kejadian yang sudah terjadi di masa lalu, tetapi juga kejadian yang belum terjadi di masa yang akan datang, hanya dengan menatap wajah orang yang akan mengalaminya. Maka berbondong-bondonglah orang mendatangi Monsera, menanyakan masa depan pekerjaan mereka, jabatan, jodoh, vonis hakim, nomor undian, dan segala sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan oleh yang bersangkutan. Dan belakangan terbukti, bahwa yang dilihat secara maya oleh Monsera semuanya benar-benar terjadi!
Monsera kewalahan menampung imbalan berupa uang berjuta-juta, emas berkilo-kilo maupun berlian berkarat-karat, sampai ia sendiri tak sempat menghitung, apalagi menikmatinya. Sampai suatu saat ia merasa sangat lelah dan menyempatkan diri beristirahat sesaat, membasih muka di wastafel, dan menatap wajahnya di cermin. Monsera pun tertegun. Tak lama kemudian muncul kilasan-kilasan kejadian sebagaimana selalu terjadi setiap ia menatap wajah seseorang...
Kali ini yang nampak ialah seorang lelaki kaya raya berwajah letih yang merasa bosan dengan kekayaannya, menyamar sebagai rakyat bersahaja dan lari dari rumahnya sendiri di malam yang sunyi. Sekelompok penjahat mencegatnya, menodongkan senjata mereka ke tubuh laki-laki ini dan menghardiknya keras.
Serahkan semua uangmu!
Saya tidak bawa uang sesen pun. Semua saya tinggal di rumah. Ambillah sesuka kalian kalau kalian mau.
Jangan main-main! Serahkan uangmu sekarang juga!
Laki-laki ini mengulangi jawaban yang sama, hingga para penodongnya marah dan menghunjamkan senjata mereka berkali-kali ke tubuhnya.
Tidaaaak! Monsera berteriak. Aku tidak mau mati dengan cara begituuu!!!
Tapi kali ini Monsera tak tahu lagi kepada siapa ia harus berdoa.*
http://s.tf.itb.ac.id/~armanto/cerpen/doaygmengancam/
buat pelajaran bagi kita…
Ya Tuhan, bertahun-tahun aku berdoa pada-Mu, memohon agar Kau lepaskan aku dari kemiskinan yang sekian lama menjerat kehidupanku, tapi nyatanya sampai kini aku tetap miskin dan bahkan bertambah miskin, hingga aku menganggap bahwa Engkau tak pernah mendengar doaku, apalagi mengabulkannya. Karena saat ini aku sudah tak punya apa-apa lagi selain badan dan sepasang pakaian yang kukenakan, aku ingin memohon pada-Mu untuk yang terakhir kali. Kalau sampai Matahari terbit esok hari Engkau tak juga mengabulkan doaku, aku mohon ampun pada-Mu untuk yang terakhir pula, sebab setelah itu aku akan meninggalkan-Mu.
Itulah doa terakhir Monsera, seorang penduduk miskin yang tinggal di pinggiran Kota Ampari, ibukota negeri Kalyana. Setelah itu ia menutup pintu rumah tempat tinggalnya, menguncinya dan menyerahkan kunci pada si empunya rumah yang telah berbulan-bulan menagih tunggakan uang sewa padanya.
"Suatu saat saya akan kembali untuk membayar utangku.
Si empunya rumah cuma tersenyum sinis dan membiarkan Monsera pergi.
Monsera lalu berpamitan pada para tetangga, pemilik warung makan, pemilik toko kelontong, penjual minyak tanah, ialah semua yang berpiutang padanya dengan ucapan sama, Suatu saat saya akan kembali untuk membayar semua utangku. Dan semua juga membiarkannya pergi tanpa berharap Monsera akan menepati janjinya.
Lelaki berbadan kurus itu lalu meninggalkan ibukota, berjalan kaki memasuki wilayah berhutan, mencari kelinci, umbi-umbian, dan buah-buahan, untuk bersantap malam, alu tidur di dahan sebuah pohon besar menanti datangnya pagi.
Monsera terbangun oleh tetesan embun yang membasahi mukanya, dan setelah itu tak bisa tidur lagi sampai ufuk timur memerah. Ia berdebar-debar menunggu terbitnya Matahari, berharap-harap cemas membayangkan apa yang akan terjadi nanti.
Apakah Tuhan mendengar doaku? Apakah Tuhan terusik oleh ancamanku?
Sampai Matahari terbit dan Monsera meneruskan perjalanannya yang tanpa tujuan ini, tak ada kejadian istimewa terjadi. Monsera mulai kesal dan putus asa, tapi terus berjalan meninggalkan hutan dan memasuki padang rumput savana.
Seperti ingin bunuh diri, Monsera menantang teriknya Matahari tanpa berbekal setetes pun air dan menantang dinginnya malam tanpa berbekal selembar pun selimut. Pada hari ketujuh, Monsera tergeletak tanpa daya di atas permukaan rumput. Saat itu hujan turun deras. Kilat bekerjap-kerjap menerangi malam yang gelap. Guntur menggelegar. Seleret petir melesat menukik tajam, menyambar tubuh Monsera.
Paginya, seorang saudagar kuda bernama Sinaro menemukan tubuh Monsera yang hangus dan mengiranya sudah menjadi mayat. Sinaro menggali liang kubur, mendoakan Monsera dan menguburnya. Tapi begitu gumpalan tanah mengenai muka Monsera, mulutnya sedikit bergerak. Ternyata Monsera cuma mari suri. Sinaro kaget sekali dan membawa Monsera pulang ke rumahnya di negeri Salaban.
Setelah sebulan lebih dirawat keluarga Sinaro, luka bakar yang diderita Monsera berangsur sembuh. Kesadarannya berangsur pulih. Monsera mulai bisa bicara sepatah dua patah kata, tapi masih menderita amnesia. Masuk bulan ketiga barulah ingatannya kembali normal, dan bisa berbincang secara wajar dengan orang-orang di sekitarnya.
Suatu hari Monsera tertarik pada foto lama keluarga ayah Sinaro yang ditaruh di atas almari pakaian. Lama Monsera mengamati foto itu, lalu menunjuk seorang bocah yang ada di situ dan menanyakannya pada Sinaro. Ini saudaramu?
Sinaro agak kaget, lalu bercerita dengan perasaan sedih.Ya, namanya Sridar. Ia hilang waktu ikut perang saudara sepuluh tahun yang lalu. Sampai sekarang tak pernah ada kepastian dia masih hidup atau sudah meninggal.
Dia masih hidup, kata Monsera penuh kepastian. Belum lama ini saya bertemu dia di Rodamar.â€
Sinaro terperanjat. Kamu yakin?
Saya yakin.
Tapi itu foto dua puluh lima tahun yang lalu, Monsera. Bagaimana kamu yakin yang kamu temui di Rodamar itu adalah Sridar adikku?
Sebaiknya kita sama-sama pergi ke Rodamar. Sridar tinggal di salah satu perumahan rakyat di pinggiran kota.
Antara percaya dan tidak, Sinaro berangkat ke Rodamar bersama sanak saudara yang lain, mengikuti petunjuk Monsera. Tiga hari dua malam mereka berkuda menyeberangi padang pasir dan berhasil mencapai Rodamar dengan selamat. Dengan mudah Monsera menunjukkan jalan-jalan dalam kota yang harus dilalui, sampai akhirnya menemukan perumahan rakyat yang dimaksud. Dan berhasil menemukan Sridar!
Tak terkira betapa gembira Sinaro dan sanak saudara lainnya, bisa berjumpa lagi dengan Sridar yang sudah sepuluh tahun mereka anggap hilang ini. Dan tak terkira pula rasa terima kasih mereka pada Monsera yang telah membantu menemukan Sridar.
Belakangan Monsera merasa takut dan heran pada dirinya sendiri, setelah sadar bahwa sebelum ini ia sama sekali belum pernah pergi ke Rodamar. Jadi bagaimana ia bisa tahu seseorang bernama Sridar yang belum pernah dikenalnya tinggal di sebuah kota yang belum pernah didatanginya pula?
Sekembali ke rumah Sinaro, Monsera meminjam foto-foto yang lain, mengamati wajah-wajah dalam foto itu. Dalam waktu singkat ia ternyata bisa melihat perjalanan kehidupan orang yang diamatinya bagaikan sebuah film panjang. Melihat Sinaro melamar calon istrinya. Melihat istrinya melahirkan anak pertama. Dan melihat saat ini istrinya sedang berbelanja di pasar.
Tak ayal. kemampuan lebih yang dimiliki Monsera cepat diketahui orang-orang. Mereka berbondong-bondong mendatangi Monsera, menanyakan anak atau ayah atau suami atau sanak saudara mereka yang hilang pada waktu perang saudara. Banyak yang sedih setelah Monsera mengatakan yang mereka cari sudah meninggal. Namun banyak pula yang bergembira seperti Sinaro, berhasil bertemu kembali dengan yang selama ini menghilang entah ke mana. Hadiah berupa uang, emas, maupun barang-barang berharga lainnya, mengalir deras ke pundi-pundi Monsera. Sampai akhirnya pemerintah negeri Salaban mendengar pula kehebatan Monsera, lalu mengangkat Monsera sebagai pejabat khusus di kepolisian dengan gaji yang sangat tinggi, dan memberinya tugas melacak para penjahat yang melarikan diri.
Monsera pun menjadi orang yang kaya raya. Dan di tengah-tengah kekayaannya yang melimpah itu, ia merasa telah berhasil mengancam Tuhan lewat doanya.
Setelah cukup lama berbakti bagi rakyat dan pemerintahan Salaban, Monsera pulang ke negerinya. Yang pertama dilakukannya ialah menemui para mantan tetangga, dan membayar semua piutang mereka. Setelah itu Monsera meninggalkan Kota Ampari, pergi ke sebuah dusun termiskin di negeri Kalyana, menemui ibunya yang selama ini ditinggalkannya begitu saja.
Si ibu yang tua dan renta nyaris tak mengenali Monsera yang gemuk dan bersih.
Tuhan akhirnya mengabulkan doa saya, Ibu! Bahkan lebih dari sekadar terbebas dari kemiskinan, saya sekarang jadi kaya raya!
Monsera lalu membawa ibunya pindah ke kota untuk tinggal bersamanya di sebuah kastil termegah dan termahal di Ampari yang sudah dibelinya. Kekayaan ibunya yang dibawa dari dusun cuma sebuah tas kecil berisi selembar kain dan foto-foto lama. Monsera membakar kain tua itu dan meminta para pembantunya membelikan lusinan kain sutera sebagai pengganti. Monsera membeli pula bingkai-bingkai emas untuk memasang foto-foto keluarga yang dibawa ibunya.
Monsera tersenyum sendiri melihat sebuah foto ibunya waktu masih muda.
Cantik sekali, gumam Monsera. Lalu, di luar kehendaknya, kilasan-kilasan gambaran masa lalu mulai berkelebat secara bening dan meyakinkan.
Seorang wanita bernama Lastina berdandan di muka cermin. Malam hari dia berjalan di kaki lima mengenakan pakaian seronok, melambaikan tangan pada setiap kereta kuda yang lewat, sampai salah satu berhenti dan membawanya pergi... Sekilas nampak Lastina digauli seorang pria... Lastina hamil, gagal menggugurkan kandungan, merayu seorang preman jalanan untuk minta dinikahi... Lastina menikah dengan preman itu... Si preman kaget setelah tahu Lastina hamil... Si preman meninggalkan Lastina begitu saja... Lastina melahirkan anaknya... Dan diberi nama Monsera.
Ini pasti salah! Tak mungkin ibuku seorang pelacur! Monsera berteriak dalam hati sambil membuang foto-foto di tangannya. Perasaannya terguncang hebat, merasa begitu takut kalau pandangannya benar belaka. Katakanlah padaku, ya, Tuhan, bahwa pandanganku kali ini keliru.
Namun jawaban dari Tuhan dalam bentuk apa pun tak pernah diterimanya. Dan tetap saja setiap ia melihat foto ibunya, gambaran masa lalu yang kelam itu kembali bekerjap-kerjap. Bahkan kian lama kian benderang sekaligus menjijikkan.
Sampai akhirnya Monsera tak kuat bertahan dan memohon lagi kepada Tuhan. Aku sungguh bersyukur Engkau telah memberiku rezeki yang melimpah, ya, Tuhan, tapi sekarang tolong bebaskan aku dari keahlianku melihat masa lalu, dan kembalikan aku sebagai manusia biasa.
Setelah sehari, dua hari, seminggu, sebulan Monsera terus berdoa dan berdoa, kemampuan supranaturalnya tak kunjung menghilang. Ia mulai tak sabar dan terucaplah ancaman seperti yang dulu pernah dilakukannya. “Kalau Kau tak juga mengabulkan doaku, ya, Tuhan, aku akan segera meninggalkan-Mu.
Kali ini ia merasa ancamannya pada Tuhan sama sekali tak mempan. Sedikitpun tidak ada perubahan terjadi dalam dirinya. Lama-lama Monsera berpikir, jangan-jangan dengan ancamannya yang pertama dulu Tuhan marah dan lebih dulu meninggalkannya. Kalau memang begitu, segala mukjizat yang diterimanya selama ini bisa jadi bukan anugerah dari Tuhan, melainkan pemberian dari setan.
Maka Monsera pun berkata, Hai, setan! Jangan kau siksa aku dengan pemberianmu yang justru membuatku menderita. Kembalikanlah aku seperti manusia biasa! Kalau kau tidak mau melakukannya, aku akan kembali mengabdi pada Tuhan!
Seketika hujan turun deras. Kilat berkerjap-kerjap menerangi malam yang gelap. Guntur menggelegar. Seleret petir melesat tajam, menyambar tubuh Monsera.
Paginya, orang-orang menemukan tubuh Monsera yang hangus dan mati suri. Mereka berebut membawa Monsera ke rumah sakit terbaik. Pemerintah pusat menginstruksikan Departemen Kesehatan agar mengerahkan semua dokter ahli di seluruh negeri untuk menyelamatkan aset negara berupa manusia bernama Monsera ini.
Tak lebih dari sebulan Monsera tersadar dari mati surinya. Yang pertama dia lihat adalah seorang perawat jaga bernama Datim yang berwajah sedih. Monsera mengajaknya berkenalan dan bertanya kenapa Datim nampak sangat bersedih.
Suami saya memohon izin pada saya untuk menikah lagi karena setelah delapan tahun menikah saya tak bisa memberinya anak, jawab Datim.
Monsera terdiam menatap Datim. Tiba-tiba, di luar kehendaknya, kilasan-kilasan adegan berkelebatan seperti biasa dia alami. Kali ini ia melihat Datim muntah-muntah di kamar mandi, lalu bicara dengan dokter yang mengucap selamat atas kehamilannya.
Kenapa Tuan Monsera menatap saya seperti itu?
Aku lihat engkau hamil, Datim.
Ah. Tuan pandai menyenang-nyenangkan perasaan wanita. Kalau dalam benak Tuan terbayang di masa lalu saya hamil, tentulah sekarang saya sudah melahirkan atau malah anak saya sudah besar.
Sekonyong-konyong Monsera menjadi cemas. Jangan-jangan...
Jangan-jangan apa, Tuan Monsera?
Jangan-jangan aku melihat sesuatu yang belum terjadi.
Ternyata benar! Seminggu setelah itu Datim muntah-muntah, pergi ke dokter dan dinyatakan hamil. Datim sangat gembira dan menceritakannya pada semua orang. Dalam tempo singkat seluruh warga negeri Kalyana tahu, bahwa sekarang Monsera bukan cuma bisa melihat kejadian yang sudah terjadi di masa lalu, tetapi juga kejadian yang belum terjadi di masa yang akan datang, hanya dengan menatap wajah orang yang akan mengalaminya. Maka berbondong-bondonglah orang mendatangi Monsera, menanyakan masa depan pekerjaan mereka, jabatan, jodoh, vonis hakim, nomor undian, dan segala sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan oleh yang bersangkutan. Dan belakangan terbukti, bahwa yang dilihat secara maya oleh Monsera semuanya benar-benar terjadi!
Monsera kewalahan menampung imbalan berupa uang berjuta-juta, emas berkilo-kilo maupun berlian berkarat-karat, sampai ia sendiri tak sempat menghitung, apalagi menikmatinya. Sampai suatu saat ia merasa sangat lelah dan menyempatkan diri beristirahat sesaat, membasih muka di wastafel, dan menatap wajahnya di cermin. Monsera pun tertegun. Tak lama kemudian muncul kilasan-kilasan kejadian sebagaimana selalu terjadi setiap ia menatap wajah seseorang...
Kali ini yang nampak ialah seorang lelaki kaya raya berwajah letih yang merasa bosan dengan kekayaannya, menyamar sebagai rakyat bersahaja dan lari dari rumahnya sendiri di malam yang sunyi. Sekelompok penjahat mencegatnya, menodongkan senjata mereka ke tubuh laki-laki ini dan menghardiknya keras.
Serahkan semua uangmu!
Saya tidak bawa uang sesen pun. Semua saya tinggal di rumah. Ambillah sesuka kalian kalau kalian mau.
Jangan main-main! Serahkan uangmu sekarang juga!
Laki-laki ini mengulangi jawaban yang sama, hingga para penodongnya marah dan menghunjamkan senjata mereka berkali-kali ke tubuhnya.
Tidaaaak! Monsera berteriak. Aku tidak mau mati dengan cara begituuu!!!
Tapi kali ini Monsera tak tahu lagi kepada siapa ia harus berdoa.*
http://s.tf.itb.ac.id/~armanto/cerpen/doaygmengancam/
Kamis, 09 Oktober 2008
Gaji Tinggi bukan Segalanya? Tanya Kenapa?
"GAJI TINGGI BUKAN SEGALANYA"
Mengapa perputaran karyawan tinggi walaupun remunerasinya di atas rata-rata? Uangkah pemicunya? Atau ada faktor lain yang menentukan kesetiaan mereka?
Akhir tahun lalu, Lesmana, seorang teman lama yang ahli dalam pengembangan bisnis telekomunikasi mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan multinasional untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia...
Dia tertarik dan memutuskan untuk bergabung. Dia telah banyak mendengar tentang pimpinan perusahaan ini, yang sering diberitakan sebagai pemimpin visionaris dan legendaris.
Gaji Lesmana besar, perlengkapan kantornya mutakhir, teknologinya canggih, kebijakan SDM-nya pro-karyawan, kantornya megah di daerah segitiga emas, bahkan kantinnya menyajikan makanan yang lezat dan murah. Dua kali dia dikirimA keluar negeri untuk pelatihan. "Proses pembelajaran saya adalah yang tercepat di sini,"kata Lesmana "Sungguh menakjubkan bekerja dengan dukungan teknologi mutakhir seperti diperusahaan ini".
Siapa nyana dua minggu lalu, belum genap tujuh bulan bekerja di perusahaan itu, dia mengundurkan diri. Lesmana belum mendapatkan tawaran pekerjaan lain, tapi dia tidak sanggup lagi bertahan di sana.
Belakangan, sejumlah karyawan di divisi yang sama dengannya ikut resigned. Direktur utama perusahaan itu pun merasa tertekan karena perputaran (turnover) karyawan sangat tinggi. Cemas memikirkan biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk alokasi dana pelatihan karyawan. Ia juga bingung lantaran tidak tahu apa gerangan yang terjadi. Mengapa karyawan yang bertalenta bagus ini mengundurkan diri, padahal gajinya sudah cukup tinggi?Lesmana resigned karena beberapa alasan. Alasan ini juga yang menyebabkan sebagian besar karyawan lain yang bertalenta tinggi akhirnya mengundurkan diri.
Beberapa survey membuktikan bahwa jika anda kehilangan karyawan berbakat, periksalah atasan langsung mereka. Si atasan adalah alasan utama karyawan tetap bekerja dan berkembang dalam suatu perusahaan. Namun dia jugalah yang menjadi alasan utama mengapa para karyawan berhenti dari pekerjaannya, membawa pergi pengetahuan, pengalaman danklien mereka. Bahkan tidak jarang selanjutnya secara terang-terangan berkompetisi dengan perusahaan bekas tempatnya bekerja."Karyawan meninggalkan manajernya bukan perusahaannya,"kata para ahli SDM. Begitu banyak uang yang telah dikeluarkan untuk tetap mempertahankan karyawan berbakat, baik dengan memberikan gaji lebih tinggi, bonus ekstra maupun pelatihan mahal. Namun pada akhirnya, perputaran karyawan kebanyakan disebabkan oleh manajer/pimpinannya, bukan oleh hal lain.
Jika anda mengalami masalah turnover , maka pertama-tama periksalah kembali para manajer anda. Apakah mereka biang keladi yang membuat para karyawan tidak betah?.
Pada tahap tertentu, karyawan tidak lagi melihat jumlah uang yang ia dapatkan, tapi lebih kepada bagaimana mereka diperlakukan dan seberapabesar perusahaan menghargai mereka..Kedua hal ini umumnya tergantung dari sikap para pimpinan terhadap mereka. Dan sejauh ini, bekerja dengan atasan yang buruk sering dialami oleh para karyawan yang bekerja dengan baik.
Survey majalah Fortune beberapa tahun lalu mengungkapkan bahwa 75% karyawan menderita karena berada di bawah atasan yang menyebalkan. Dari seluruh penyebab stress ditempat kerja, seorang atasan yang jahat mungkin adalah hal yang terburuk, yang secara langsung akan mempengaruhi kinerja dan mental para karyawan. Simak saja kisah yang dikutip langsung dari" medan perang" ini.
Mulya seorang insinyur, masih bergidik saat membayangkan hari-hari dimana ia dimaki-maki bos di depan staf lainnya. Atasannya itu sering menghina dengan kata-kata yang kasar. Waktu menghadapi hal menakutkan itu, Mulya praktis tak punya nyali untuk menjawab. Ia kembali ke rumah dengan perasaan tidak keruan dan mulai menjadi kasar seperti sang atasan. Bedanya kekesalan ini dilampiaskan ke istri dan anak-anaknya, kadang juga ke anjing peliharaannya. Lambat laun, bukan pekerjaan Mulya saja yang kacau balau, pernikahan dan keluarganya pun hancur berantakan.
Nasib Agus juga setali tiga uang. Menceritakan "penyiksaan" yang dilakukan oleh bosnya gara-gara ada perbedaan pendapat yang tidak terlalu penting antara keduanya. Atasan Agus benar-benar menunjukkan rasa tidak suka terhadapnya. Ia tidak lagi diikut-sertakan dalam pengambilan keputusan. "Bahkan dia tidak lagi memberikan saya dokumen maupun pekerjaan baru," keluh Agus. "Sangat memalukan duduk di depan meja kosong tanpa tahu apapun dan tidak seorangpun yang membantu saya". Lantaran tidak tahan lagi, lalu Agus mengundurkan diri. Para ahli SDM mengatakan, dari segala bentuk kekerasan, tindakan memperlakukan karyawan ditempat umum adalah yang terburuk.
Pada awalnya, si karyawan mungkin tidak langsung mengundurkan diri, akan tetapi pikiran itu sudah tertanam. Jika kejadian terulang lagi, pikiran tersebut akan semakin kuat. Dan akhirnya, pada kejadian yang ketiga, karyawan itu akan mulai mencari pekerjaan lain.Ketika seseorang tidak bisa membalas kemarahannya, ia akan melakukan pembalasan "pasif".
Biasanya dengan cara memperlambat pekerjaan, berleha-leha, hanya melakukan pekerjaan yang disuruh atau menyembunyikan informasi penting. "Jika anda bekerja untuk orang yang menyebalkan, pada dasarnya anda ingin orang itu mendapat kesulitan. Jiwa dan pikiran kita tidak menyatu lagi dengan pekerjaan kita," papar Agus.
Para manajer bisa menekan bawahan melalui beragam cara. Misalnya dengan mengontrol bawahan secara berlebihan, curiga, menekan, terlalu kritis, bawel dan sebagainya.Namun para atasan tersebut tidak sadar bahwa karyawan bukan merupakan aset tetap, mereka adalah manusia bebas . Jika ini terus berlanjut, maka seorang karyawan akan mengundurkan diri, walau tampaknya cuma karena masalah sepele saja.
Bukan pukulan ke-100 yang menjatuhkan seseorang, tapi 99 pukulan yang diterima sebelumnya .Memang benar, karyawan meninggalkan pekerjaannya karena bermacam alasan untuk kesempatan yang lebih baik atau kondisi yang tidak memungkinkan lagi. Namun banyak yang semestinya tetap tinggal jika tidak ada satu orang (seperti atasan Lesmana) yang terus-menerus mengatakan," Kamu tidak penting, saya bisa dapat lusinan orang yang lebih baik dari kamu!". Kendati tersedia segudang pekerjaan lain (terlebih dalam keadaan pengangguran tinggi sekarang ini), bayangkanlah sesaat, berapa biaya atas hilangnya seorang karyawan yang bertalenta tinggi.
Ada biaya yang harus dibayar untuk mencari pengganti, ada biaya pelatihan bagi pengganti karyawan tersebut. Belum lagi akibat yang ditimbulkan karena tidak ada orang yang mampu melakukan pekerjaan itu saat calon pengganti sedang dicari, kehilangan klien dan kontak yang dibawa pergi karyawan yang hengkang, penurunan moral karyawan lainnya, hilangnya rahasia penjualan dari karyawan tersebut yang seharusnya diinformasikan ke karyawan lainnya, dan yang terutama turunnya reputasi perusahaan. Lagi pula,setiap karyawan yang pergi, bagaimanapun juga akan menjadi "duta" untuk mewartakan hal yang baik maupun yang buruk dari perusahaan itu .
Kita semua tahu suatu perusahaan telekomunikasi besar yang orang-orang ingin sekali bergabung, atau suatu bank yang hanya sedikit orang ingin menjadi bagiannya. Mantan karyawan kedua perusahaan ini telah keluar untuk menceritakan kisah pekerjaannya."Setiap perusahaan yang berusaha memenangkan persaingan harus memikirkan cara untuk mengikat jiwa setiap karyawannya," kata Jack Welch mantan orang nomor satu di General Electric.
Umumnya nilai suatu perusahaan terletak "diantara telinga" para karyawannya.
Karyawan juga manusia, punya mata, punya hati, punya pikiran dan punya rasa malu serta harga diri .....
JUNIUS LEE,CEO & Managing ConsultantJCI Kimberley Executive Search International(Recruitment Consultants)
Iblis Aja Ngerti Syariah
Iblis Aja Ngerti Syariah!
red : lho kok? Yang benar aja, masa Iblis ngerti syariah?
ust : iya, jelas iblis ngerti syariah
red : tapi...
ust : tapi apa?
red : kayaknya provokatif amat ya
ust : ah enggak juga, memang begitu kok
red : kalo iblis ngerti syariah, lalu kenapa dia kerjanya menyesatkan manusia?
ust : justru itulah, udah ngerti syariah, eh malah menyesatkan manusia, jadilah dia namanya iblis
red : masuk neraka?
ust : iya
red : tapi apa landasannya, kok dibilang iblis ngerti syariah?
ust : landasannya?
red : iya, landasannya apa? Kan pak ustadz biasa melandasai semua pendapat pake dalil
ust : landasannya ada terselip di dalam mushaf Quran
red : ada di Quran? surat apa? ayat yang keberapa?
ust : hmm, coba buka surat Al-Araf
red : Al-Araf...... hmm ayatnya?
ust : ayat 12
red : disini tertulis Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
ust : jelas kan, iblis aja mengakui adanya Allah, bahkan mengaku langsung bahwa dirinya adalah ciptaaan Allah
red : iya juga ya, tapi kenapa dia malah dikutuk dan masuk neraka?
ust : ya karena mengimani Allah dalam arti mengakui keberadaan Allah saja tidak cukup, iblis seharusnya taat pada perintah Allah
red : ternyata dia tidak taat?
ust : ya begitulah, iblis malah membangkang dan merasa diri besar
red : padahal dia udah mengakui Allah sebagai tuhan, ya
ust : tul sek
red : tul sek?
ust : betul sekali maksudnya
red : Ooo, terus, kaitannya dengan ibils ngerti syariah?
ust : nah gini ceritanya, setelah iblis dikutuk Allah dan dipastikan masuk neraka, maka iblis bertekad cari pengikut
red : hihihi...nggak enak kali ya di neraka sendirian?
ust : hehehe, beda sih rasanya digebukin sendirian ame digebukin tapi berdua, jadi ada teman senasib dan sepenanggungan
red : lalu lalu?
ust : lalu iblis cari teman dan pengikut agar bisa masuk neraka
red : caranya?
ust : ya cara sesai prosedur, gimana caranya agar para teman ibilis ini bisa memenuhi syarat masuk neraka.
red : misalnya
ust : teman dan pengikut iblis harus dibikin agar mengerjakan dosa yang sekiranya menggiringnya masuk neraka
red : jadi tugas iblis adalah menggiring dan mengarahkan ke arah dosa?
ust : betul, tapi gimana caranya agar bisa dipastikan bahwa kerjaan iblis itu sudah right on the track, iblis punya SOP
red : SOP? apaan tuh? SOP kambing atau SOP kaki?
ust : Standar Operation Procedure
red : makanan apaan tuh, ustadz?
ust : makanan melulu ente, SOP itu sebuah aturan dalam bekerja, biasanya ada di setiap perusahaan. Kalau dalam militer namanya PROTAP.
red : apaan lagi tuh?
ust : Prosedur tetap
red : oke, jadi iblis pake SOP dan PROTAP
ust : buat iblis, ini bukan proyek main-main. jadi harus serius dan profesional. harus kerja rapi dan pake SOP segala
red : soale ini urusan hidup dan mati buat iblis, ya ustadz?
ust : he eh, lebih dari urusan hidup dan mati, urusannya neraka sorga nih. makanya iblis harus memastikan semua projeknya berjalan di atas rancangan yang benar
red : percuma kerja capek-capek kalau melenceng dari arah sebenarnya
ust : nah begitu lah, jadi agar bisa pasti pekerjaannya sukses, iblis harus bisa membedakan mana hak dan mana batil, mana halal dan mana haram.
red : wah canggih juga si iblis itu
ust : kudu, maka iblis harus mengerti mana yang ibadah yang wajib bagi umat Islam, dan tugasnya bagaimana agar manusia tidak mengerjakan yang wajib.
red : bener juga ya, kalau iblis nggak tahu mana yang wajib mana yang haram, bisa jadi malah kebalik ya ustadz
ust : itu namanya iblis bego, bukannya menggiring dari wajib ke haram, tapi malah sebaliknya, dari haram ke wajib
red : hehehe iblis o-on
ust : makanya, jadi iblis aja kudu ngerti syariah, dia bisa bedakan mana wajib dan mana haram
red : iblis bukannya nggiring orang dari rajin shalat jadi nggak rajin, eh malah ngajak orang yang tukang mabok jadi sadar, kekekek iblis geblek
ust : itu namanya iblis nggak ngarti SOP, keluar dari prosedur
red : jadi bener juga kata ustadz, jadi iblis aja harus ngerti syariah
ust : apalagi jadi orang islam
red : oh kesono maksudnya
ust : lha emang iya
red : jadi kita sebagai muslim harus ngerti syariah, gitu ya ustadz?
ust : hooh
red : dan kalau ada manusia nggak ngerti syariah, berarti lebih goblok dari iblis, gitu?
ust : yup
red : wah seru juga ya
ust : karena itulah iblis selalu menang, sebab dia lebih tahu hukum dan prosedur, walau digunakan untuk kejahatan
red : bener juga ya ustadz, jadi maling aja musti ngerti hukum
ust : itu namanya maling cerdas
red : terus gimana belajarnya si iblis itu biar ngerti syariah
ust : eee jangan salah sangka, jelek-jelek si iblis itu ngerti isi Quran
red : oy ha?
ust : pokoknya setiap kali ada ayat Quran turun dari langit, dia berupaya memalingkan orang dari memahami dan mengenal ayat itu. Agar bisa pasti orang tidak mengikuti isi ayat Quran itu, maka si Iblis kudu ngerti apa isi Quran
red : biar orang nggak ngejalanin Quran, gitu kan?
ust : pinterrr
red : Jadi kalau ada orang Islam kagak ngarti isi Quran?
ust : nah tebak sendiri lah
red : lebih bloon dari iblis, gitu kan?
ust : ho-oh
red : wah repot juga nih jadi manusia, musti ngerti syariah, musti ngerti Quran
ust : hidup itu kan untuk mengabdi kepada Allah, terus kalau kita nggak tahu perintah Allah itu apa aja, gimana bisa dibilang mengabdi?
red : bener juga apa yang ustadz bilang, gimana ngabdinya kalo kagak paham perintahnya
ust : ibarat seorang juragan punya pembantu bolot,
red : bolot? budeg maksudnya?
ust : yup, saking bolotnya ampe-ape tuh pembantu kagak paham apa yang diperintahin ame juragannya.
red : gimana mo paham, denger aja kagak, abis dia pembantu bolot sih
ust : disuruh nyapu malah pergi ke pasar, disuruh nyiapin makanan, malah dia nyapu halaman
red : pecat aja jangan jadi pembantu
ust : nah begitu juga dengan kita, ngaku jadi muslim, tapi perintah Allah yang mana yang haram yang mana yang halal, kita kagak tahu. Sama aja ame orang bolot.
red : tapi ada yang bilang meski kita kagak tahu halal-haram, tapi yang penting kan hatinya, ustadz
ust : ya ga bisa gitu dong, masak naik motor nggak pake helm lalu ditangkap polisi lalu kita bikin alasan,"Pak polisi, saya ini dalam hati mau taat lho pak, mau pake helm sih niatnya"
red : ustadz bisa aja bikin perumpamaan
ust : Nah, tuh polisi ngejawab,"Pokoknya saudara terbukti melanggar peraturan lalin, yaitu tidak pakai helm. Masalah niatnya mau pake atau tidak, itu bukan urusan saya".
red : hehehe, polisi mah enggak lihat yang di dalam hati ya pak ustadz
ust : iya, pokoknya ada yang melanggar, ya ditilang
red : kalau alasannya tidak tahu, gimana ustadz?
ust : tetap aja ditilang, semua orang yang naik kendaraan bermotor di jalan raya dianggap sudah tahu peraturan lalu lintas, jadi kalau melanggar ya ditilang
red : jadi sebagai muslim, tahu apa nggak tahu halal haram, tetap aja dianggap tahu, begitu maksudnya kan?
ust : iya, obat tidak tahu adalah bertanya, nanya kepada ulama. Juga belajar agama, belajar ilmu syariah, jadi tahu mana halal mana haram
red : cukup kali ustadz, cetingan kita hari ini, udah banyak nih di kepala materinya, ntar tambah pusing
ust : oke
red : sampe jumpa lagi besok
ust : ya, sampe jumpa
red : assalamu alaikum ustadz
ust : wa alaikum salam
oleh Ust Ahmad Sarwat LC
red : lho kok? Yang benar aja, masa Iblis ngerti syariah?
ust : iya, jelas iblis ngerti syariah
red : tapi...
ust : tapi apa?
red : kayaknya provokatif amat ya
ust : ah enggak juga, memang begitu kok
red : kalo iblis ngerti syariah, lalu kenapa dia kerjanya menyesatkan manusia?
ust : justru itulah, udah ngerti syariah, eh malah menyesatkan manusia, jadilah dia namanya iblis
red : masuk neraka?
ust : iya
red : tapi apa landasannya, kok dibilang iblis ngerti syariah?
ust : landasannya?
red : iya, landasannya apa? Kan pak ustadz biasa melandasai semua pendapat pake dalil
ust : landasannya ada terselip di dalam mushaf Quran
red : ada di Quran? surat apa? ayat yang keberapa?
ust : hmm, coba buka surat Al-Araf
red : Al-Araf...... hmm ayatnya?
ust : ayat 12
red : disini tertulis Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
ust : jelas kan, iblis aja mengakui adanya Allah, bahkan mengaku langsung bahwa dirinya adalah ciptaaan Allah
red : iya juga ya, tapi kenapa dia malah dikutuk dan masuk neraka?
ust : ya karena mengimani Allah dalam arti mengakui keberadaan Allah saja tidak cukup, iblis seharusnya taat pada perintah Allah
red : ternyata dia tidak taat?
ust : ya begitulah, iblis malah membangkang dan merasa diri besar
red : padahal dia udah mengakui Allah sebagai tuhan, ya
ust : tul sek
red : tul sek?
ust : betul sekali maksudnya
red : Ooo, terus, kaitannya dengan ibils ngerti syariah?
ust : nah gini ceritanya, setelah iblis dikutuk Allah dan dipastikan masuk neraka, maka iblis bertekad cari pengikut
red : hihihi...nggak enak kali ya di neraka sendirian?
ust : hehehe, beda sih rasanya digebukin sendirian ame digebukin tapi berdua, jadi ada teman senasib dan sepenanggungan
red : lalu lalu?
ust : lalu iblis cari teman dan pengikut agar bisa masuk neraka
red : caranya?
ust : ya cara sesai prosedur, gimana caranya agar para teman ibilis ini bisa memenuhi syarat masuk neraka.
red : misalnya
ust : teman dan pengikut iblis harus dibikin agar mengerjakan dosa yang sekiranya menggiringnya masuk neraka
red : jadi tugas iblis adalah menggiring dan mengarahkan ke arah dosa?
ust : betul, tapi gimana caranya agar bisa dipastikan bahwa kerjaan iblis itu sudah right on the track, iblis punya SOP
red : SOP? apaan tuh? SOP kambing atau SOP kaki?
ust : Standar Operation Procedure
red : makanan apaan tuh, ustadz?
ust : makanan melulu ente, SOP itu sebuah aturan dalam bekerja, biasanya ada di setiap perusahaan. Kalau dalam militer namanya PROTAP.
red : apaan lagi tuh?
ust : Prosedur tetap
red : oke, jadi iblis pake SOP dan PROTAP
ust : buat iblis, ini bukan proyek main-main. jadi harus serius dan profesional. harus kerja rapi dan pake SOP segala
red : soale ini urusan hidup dan mati buat iblis, ya ustadz?
ust : he eh, lebih dari urusan hidup dan mati, urusannya neraka sorga nih. makanya iblis harus memastikan semua projeknya berjalan di atas rancangan yang benar
red : percuma kerja capek-capek kalau melenceng dari arah sebenarnya
ust : nah begitu lah, jadi agar bisa pasti pekerjaannya sukses, iblis harus bisa membedakan mana hak dan mana batil, mana halal dan mana haram.
red : wah canggih juga si iblis itu
ust : kudu, maka iblis harus mengerti mana yang ibadah yang wajib bagi umat Islam, dan tugasnya bagaimana agar manusia tidak mengerjakan yang wajib.
red : bener juga ya, kalau iblis nggak tahu mana yang wajib mana yang haram, bisa jadi malah kebalik ya ustadz
ust : itu namanya iblis bego, bukannya menggiring dari wajib ke haram, tapi malah sebaliknya, dari haram ke wajib
red : hehehe iblis o-on
ust : makanya, jadi iblis aja kudu ngerti syariah, dia bisa bedakan mana wajib dan mana haram
red : iblis bukannya nggiring orang dari rajin shalat jadi nggak rajin, eh malah ngajak orang yang tukang mabok jadi sadar, kekekek iblis geblek
ust : itu namanya iblis nggak ngarti SOP, keluar dari prosedur
red : jadi bener juga kata ustadz, jadi iblis aja harus ngerti syariah
ust : apalagi jadi orang islam
red : oh kesono maksudnya
ust : lha emang iya
red : jadi kita sebagai muslim harus ngerti syariah, gitu ya ustadz?
ust : hooh
red : dan kalau ada manusia nggak ngerti syariah, berarti lebih goblok dari iblis, gitu?
ust : yup
red : wah seru juga ya
ust : karena itulah iblis selalu menang, sebab dia lebih tahu hukum dan prosedur, walau digunakan untuk kejahatan
red : bener juga ya ustadz, jadi maling aja musti ngerti hukum
ust : itu namanya maling cerdas
red : terus gimana belajarnya si iblis itu biar ngerti syariah
ust : eee jangan salah sangka, jelek-jelek si iblis itu ngerti isi Quran
red : oy ha?
ust : pokoknya setiap kali ada ayat Quran turun dari langit, dia berupaya memalingkan orang dari memahami dan mengenal ayat itu. Agar bisa pasti orang tidak mengikuti isi ayat Quran itu, maka si Iblis kudu ngerti apa isi Quran
red : biar orang nggak ngejalanin Quran, gitu kan?
ust : pinterrr
red : Jadi kalau ada orang Islam kagak ngarti isi Quran?
ust : nah tebak sendiri lah
red : lebih bloon dari iblis, gitu kan?
ust : ho-oh
red : wah repot juga nih jadi manusia, musti ngerti syariah, musti ngerti Quran
ust : hidup itu kan untuk mengabdi kepada Allah, terus kalau kita nggak tahu perintah Allah itu apa aja, gimana bisa dibilang mengabdi?
red : bener juga apa yang ustadz bilang, gimana ngabdinya kalo kagak paham perintahnya
ust : ibarat seorang juragan punya pembantu bolot,
red : bolot? budeg maksudnya?
ust : yup, saking bolotnya ampe-ape tuh pembantu kagak paham apa yang diperintahin ame juragannya.
red : gimana mo paham, denger aja kagak, abis dia pembantu bolot sih
ust : disuruh nyapu malah pergi ke pasar, disuruh nyiapin makanan, malah dia nyapu halaman
red : pecat aja jangan jadi pembantu
ust : nah begitu juga dengan kita, ngaku jadi muslim, tapi perintah Allah yang mana yang haram yang mana yang halal, kita kagak tahu. Sama aja ame orang bolot.
red : tapi ada yang bilang meski kita kagak tahu halal-haram, tapi yang penting kan hatinya, ustadz
ust : ya ga bisa gitu dong, masak naik motor nggak pake helm lalu ditangkap polisi lalu kita bikin alasan,"Pak polisi, saya ini dalam hati mau taat lho pak, mau pake helm sih niatnya"
red : ustadz bisa aja bikin perumpamaan
ust : Nah, tuh polisi ngejawab,"Pokoknya saudara terbukti melanggar peraturan lalin, yaitu tidak pakai helm. Masalah niatnya mau pake atau tidak, itu bukan urusan saya".
red : hehehe, polisi mah enggak lihat yang di dalam hati ya pak ustadz
ust : iya, pokoknya ada yang melanggar, ya ditilang
red : kalau alasannya tidak tahu, gimana ustadz?
ust : tetap aja ditilang, semua orang yang naik kendaraan bermotor di jalan raya dianggap sudah tahu peraturan lalu lintas, jadi kalau melanggar ya ditilang
red : jadi sebagai muslim, tahu apa nggak tahu halal haram, tetap aja dianggap tahu, begitu maksudnya kan?
ust : iya, obat tidak tahu adalah bertanya, nanya kepada ulama. Juga belajar agama, belajar ilmu syariah, jadi tahu mana halal mana haram
red : cukup kali ustadz, cetingan kita hari ini, udah banyak nih di kepala materinya, ntar tambah pusing
ust : oke
red : sampe jumpa lagi besok
ust : ya, sampe jumpa
red : assalamu alaikum ustadz
ust : wa alaikum salam
oleh Ust Ahmad Sarwat LC
Jl.Cakung - Cilincing (Hati-hati!!)
HATI-HATI!! yaa itu saja yg bisa saya ingatkan... mungkin kisah ini cuma sebagian kecil dari kisah yg langsung terdengar di telinga saya soal kejahatan di jalan. Coba temen-temen baca, dan di perhatikan benar, karena siapa tau kita berada di posisi tersebut.... (wuiih, ibu kota ternyata sama kejam dengan ibu tiri... ). Kebetulan juga kantor saya saat ini berada diantara jalan Pegangsaan II dan Tipar Cakung Jakarta Utara... daerah yg bertetanggaan dan masih satu iklim dengan daerah yg diceritakan kisah nyata ini... :-(
Begini ceritanya teman2 kontraktor (rumah kontrak, kerja naek motor... senasib kita) ....
Tadi malam kaishar dan istri pulang kerja larut malam, dan melewati daerah Cakung-Cilincing. Waktu saat itu sekitar pukul 21.00 WIB, ditengah perjalanan Kaishar dan Istri di pepet oleh pengendara motor yg berboncengan, lalu dengan sekejap tas sang Istri yang di "cantolin" ditangan, dijambret oleh penjahat bermotor. Terjadilah tarik-menarik tas antara sang Istri dan Penjahat tersebut yg mengakibatkan kaishar dan Istri jatuh dari motor,kejadian tersebut sangat-sangat cepat...!!! Kaishar sendiri tidak menyadari kalau sang istri berjuang mempertahankan tasnya, dia baru sadar ketika ia dan istri jatuh dari motor. Tapi untunglah tasnya dapat diselamatkan dan kondisi kaishar dan Istri mengalami luka2 ditangan dan dikaki, dan saat ini, Kaishar sedang melakukan cek rontgen kepala istrinya, karena mengalami benturan dengan aspal.
Mari kita doakan semoga tidak terjadi hal yg mengkhawatirkan... Untuk itu dihimbau kepada rekan-rekan pengendara spit ;
1. Apabila berboncengan dan membawa tas, dianjurkan tas jgn di "cantolin" atau di simpan ditengah (antara boncengers dan bikers), sebaiknya di taruh di BOX atau di taruh didalam jaket(jd tas berada di dlm jaket kita) atau di taruh di tengah untuk yg mempunyai sepeda motor bebek (diantara kaki bikers).
2. Hati-hati apabila melewati daerah Cakung-Cilincing dimalam hari, karena daerah tersebut sudah terkenal akan daerah yang rawan.
3. Apabila Pulang larut malam, usahakan jangan sendirian, kalau bisa konvoi atau menunggu rombongan motor, biasanya begal atau penjahat akan berpikir 2 kali kalau mau berbuat jahat dengan rombongan motor, mereka lebih suka beraksi kalau ada motor sendirian.
4. Dianjurkan untuk selalu waspada, apalagi sekarang udah mau Lebaran, biasanya orang pada gelap mata trus nekat...
Demikian Sekilas Info...apabila ada yang ingin berbagi pengalaman silahkan, siapa tau bermanfaat untuk rekan-rekan yang lain... mohon maaf bagi yang tidak berkenan.
Langganan:
Postingan (Atom)